Setelah suntuk belajar dikelas, bel istirahat berbunyi. Seperti biasanya, gue selalu menikmati makanan yang telah dibawakan oleh mama dari rumah. Biasanya ubi tingkat terendah dan yang paling spesial yang pernah mama bawain ialah buah 'pisang'.
Setelah gue menikmati apa yang telah mama bawa dari rumah. Gue mulai keluar dari sunyinya kelas, karena mereka pada istirahat dikantin. Seperti biasa, keadaan sekolah gue dari hari ke hari gak berubah. Disetiap sudut koridor, disetiap meja bundar taman, disetiap bangku panjang depan kelas, tempat para siswa santai duduk-duduk. Pemandangan siswa-siswi lagi pacaran, rangkulan dan pegang-pegangan tangan. Membuat gue iri dan sering kali gue males liat para makhluk tersebut.
Hal ini gue telah rasakan semanjak gue menjadi 'jomblo' akut yang haus akan harmonisme dan romantisme sebuah pasangan. Jomblo bukan hanya buat gue iri, tapi juga membuat gue jadi tambah keliatan 'homo' -nya dihadapan para cewek.
Gue mencari-cari sahabat-sahabat gue entah sembunyi dimana mereka
biasanya sering gue liat mereka datang ke kelas gue hanya sekedar melihat ke galauan gue sebagai jomblo. Pasalnya selama SMA ini hanya gue yang belum pernah pacaran, dibanding ke empat sahabat lainnya. Walaupun akhirnya dari keempat sahabat gue tiga diantaranya putus dan memilih 'jomblo' untuk kesekian kalinya. Tapi tetep aja gue sebagai pecundang sejati yang belum bisa menaklukan hati para cewek disekitar gue. Jujur aja galau gak ada dikamus kehidupan malam gue, tapi labil karena jomblo itu yang tersusun rapih di kamus dikehidupan malam gue.
Gue melewati koridor yang penuh para sepasang 'releationship' lagi beduan, tanpa mau memandangi satu persatu. Gue jalan menuju ke kantin. Akhirnya ke empat sahabat gue keliatan juga, di kantin bude. Tempat biasa kami menghabiskan waktu kelabilan bareng. Sambil makan mereka gue datengi.
"hey! dicariin gak taunya ditempat biasa kalian makan!" menepuk pundak Joni. "uhuk uhuk! iya riz, sampe batuk gue nih.." kata Joni tersedak. "gue pengen cerita nih sama kalian" sambil duduk dikursi panjang milik warung Bude. "cerita aja riz" serentak ngejawab "gini... lo tau kan disetiap sudut sekolah ini pasti banyak banget orang yang pacaran??" "iya gue tau" Joni mengangguk, melanjutkan makan. "entah kenapa ya selama gue jomblo ini gue merasa dunia gue hampa tanpa ada harmonisme dan romantisme dari pasangan", "hmm lo jangan mikir kalo jomblo itu hampa, lo harus mikir juga kalo jomblo juga ada sisi positifnya" Ramdhan angakt suara sambil meneguk segelas es teh. gue mengeriyitkan alis "bener juga ya! tapi tetep kalian lebih baik dari gue, kalian pernah pacaran pas SMA, lah gue? pacaran aja belum pernah, emang apa aja sih positifnya?" gue mendesak, "salah satunya lo gak usah pikirin pulsa setiap hari, lo gak usah takut buat deket sama cewe siapapun! itu yang terpenting!" Ramdhan berbicara lantang seolah memang dia telah mengalami KDP (kekerasan dalam pacaran) karena setiap dia deket cewek pasti pacarnya ngambek selama satu minggu lamanya terus cara ngedieminnya dengan menghibur pake tarian
hujan, pas hujan sisi keromantisannya dapet banget pasti pacarnya kembali seneng dan 'survive' lagi. " ohhh gitu ya dhan.." gue mengerti. Aldi dan Agus masih tetep menikmati makan pagi menjelang siangnya.
Selesainya membicarakan keresahan tentang kejombloan gue selama ini, kami pun kembali ke kelas masing-masing karena setelah kelas 2 kita ber lima pisah dari sekelas pas kelas 1 tahun lalu. Ketika gue menyusuri koridor kelas gue melewati para makhluk yang sedang menikmati harmonisme dan romantisme layaknya sebuah pasangan yang baru kawin. Gue masih tetep buang muka gak mau liat keadaan real yang membuat gue turun kasta ini. Kasta makhluk yang pacaran dengan makhluk jomblo itu ibarat kasta brahmana (dewa) dengan kasta paria (jelata) tragis. Setelah melanjutkan pelajaran selanjutnya waktunya pulang.
Kembali di keramaian para makhluk pacaran. Gue merenung di koridor poskes (poskesehatan) yang identik sepi dari halulalang para siswa. Udara sejuk menghembus disekitar lamunan gue, daun dipepohonan seolah menyapa lamunan gue. Gue teringat akan dulu dimana gue yang masih seneng-senengnya main tanpa mikirin yang namanya pacaran, masih lugu dan imutnya muka gue, dan sekarang muka gue tergolong amit. Dulu pas SD gak ada yang namanya pacaran walaupun dulu gue cinta-cinta monyet. tapi dulu dengan sekarang beda jauh, sekarang gue harus merasakan yang namanya suka, dari suka jadi kangen dari kangen jadi kebayang wajahnya dari kebayang wajahnya jadi galau karena dia dari galau jadi 'cinta' kata cinta yang sesungguhnya, bukan cinta monyet.
"woy!! ngapain sendirian!??" seseorang membangunkan lamunan gue. "e..- ee.ehh iya! ada apa ya? ohhh.. lo Di... kenapa?" gue sedikit kaget dari lamunan gue, "kenapa kenapa? gue yang harusnya nanya ngapain lo disini? galau lagi lo!" Aldi nepuk pundak gue, "enggak mana ada kamus gue kalo gue galau?? gue cuma lagi merenung akan berartinya seseorang disamping kita ya?" "iya lah riz gue aja walau jomblo gak segitunya mikirin tentang itu" kata Aldi, "enak lo! lo pernah ngerasain pacaran dan itu baru lo alamin 2 bulan yang lalu kan??" kata gue, "hehe iya sih riz tapi kan gue pacaran paling lama cuma 3 bulan dan yang lainnya cuma 1 minggu, bahkan ada 2 hari, gue yakin tu cewek kasian ngeliat gue karena gue nembak dia sampe 15 kali tapi ditolak terus" Aldi murung mengingat hal itu, "yang jelas rasa romantisme dan rasa cinta pernah lo rasain daripada gue yang hanya cinta kepada nyokap gue aja yang bukan pasangan gue", "gini aja riz pasangan itu sudah ada ditangan Allah S.W.T dan akan datang dengan sendirinya, tapi dengan perjuangan juga hehe", iya deh..tapi masalah gue yang buat gue jadi jomblo akut itu adalah kurangnya kepercayaan diri gue" gue menghela napas lesu, "haha" sunyi.. "napa lo tawa?", "engga... lucu aja ada kucing lagi kawin dipojokan sana hehe" Sunyi.. "ergghh" agak sedikit kesal, sistem koordinasi tubunya agak terganggu lagi.
"yaudahlah Di, gue emang akan selalu turun kasta dan rasa PD gue akan tetap 10 % dari laki-laki normal. "ah jangan ngomong gitu..." 'tettttt tetttt' waktu istirahat selesai
gue dan Aldi kembali masuk dan menyudahi obrolan yang hampir menemukan titik terang dari masalah jomblo akut gue ini. Aldi memang agak lebih cepat connecting-nya apabila lagi curhat, masalah apapun itu. Tapi karena bawaan jadi terkadang ada aja kesalahan yang dia perbuat ketika lagi hampir menemukan titik terangnya.
Setiap gue buka status di facebook, maupun timeline di twitter pasti ada aja yang membuat gue gak percaya sama apa yang mereka ketik 'jomblo itu bukan musibah tapi pilihan'.
Kalo gue analisis dan gue jabarkan secara sederhana isi dari status atau timeline itu : Bagi gue sih jomblo bukan masalah atau musibah tapi pilihan karena gue telah memilih bahwa gue menyukai sesama jenis. Gue yakin kalo yang ngetik cowok pasti homo kalo cewek pasti lesbi, (maaf para homo dan lesbi jangan marah ini hanya analisis piss). Hal-hal kecil dari kelabilan gue ini membuka tabir yang terselubung bahwa jomblo bukan satu-satunya makhluk yang kerap dibilang lemah atau gak laku, tapi jomblo hanya sebuah status.
Gue selama ini selalu konsultasi bukan ke guru BP tentunya, gue bayangin kalo gue konsultasi dengan guru BP gue malah di suruh belajar buat ngerayu guru BP-nya, kebetulan guru BP gue wanita semua dan semuanya mak-mak. Lalu gue jadi cowok yang labil karena gue ngerayu mak-mak dan turun kasta lagi gue. Setelah Jomblo, kasta terendah jadi kasta yang paling rendah lagi entah apa namanya, mungkin kasta paria jadi malaria.
lanjut ke konsultasi, gue konsultasi ke temen gue (cowok) yang pengalamannya sudah sangat tinggi mengenai masalah cinta dan jomblo. Karena dia juga pernah jomblo 6 bulan, iya! emang bentar tapi sekalinya pacaran dia dapat mempertahankan romantisme dan harmonismenya selama 2 tahunan, jelas dengan ceweknya. Gue bertanya, sekalian curhat ke dia, ketika gue dan dia selesai solat dzuhur, dimasjid sekolah gue. Gue dan dia duduk di koridor masjid yang lumayan kecil gak luas-luas amat itu. Gue dan dia senderan di dinding masjid dan menyelonjorkan kedua kaki kita kearah depan, sambil menikmati pemandangan halulalang siswi yang melintas didepan masjid. "Dan" namanya Dani
"ehmm lanjut aja riz" kata Dani dengan nada serius, "begini dan.. gue ingin ngebahas kenapa gue masih jomblo sampe sekarang?" "hmm....." berpikir panjang masih dengan nada seriusnya, mengangguk-anggukan kepala, seraya berkata "MANA GUE TAU!!".
Sunyi..
Gue bengong. Gak kebayang yang akan keluar adalah kata-kata itu. Dani kembali membuka suara. "gue gak tau riz.. kan itu masalah kehidupan lo, emang lo gak bisa bergaul gitu? nah! dari bergaul yang benar lo bisa dapet cewek!" kata Dani "Nah! itu dia dan.. gue itu setiap bergaol selalu salah dan gagal.." tatapan muka madesu ciri khas suku pedalaman. "So... susah kayaknya.., gue cuma kasih saran ke lo, hidup Jomblo!" menggelengkan kepala lalu senyum menyemangatkan. "tetap saja ya gak ada solusi terbaik" "satu-satunya lo jangan gagal terus ketika bergaul!" menepuk pundak gue, "ya ya ya.. nasib gue sudah begini" tatapan hampa dan lesu.
Apapun yang terjadi jomblo bukan spesies baru dibumi, mereka ada disekeliling gue. Bisa aja gue lebih baik dari mereka
para jomblo akut.
Sesuai namanya 'JOMBLO' mempunyai arti tersendiri
J = Jalani hidup dengan bebas tanpa gangguan hewan buas 'cewek'.
O = Omongan orang jangan didenger apalagi makhluk gaib.
M = Maknai kesendirian dengan kelabilan.
B = Bodo amat lu mau ngejek gue homo.
L = Lama-lama gue homo beneran karena jomblo kelamaan.
O = Oh Tuhan semoga gue gak jadi homo beneran, cepet-cepet dapet cewek amin.
Seolah para jomblo dipandang sebelah mata, kalo jomblo hanya 6 bulan sih.. menurut gue normal masalahnya yang gak normal itu kalo jomblo macam gue, 8 tahun!. Waktu yang sangat lama untuk gak mengenal pacaran dan rasa romantisme. Dalam keadaan ini dimungkinkan adanya fitnah, entah gue dibilang homo ya.. karena gue emang selalu jalan beduan sama cowok, sering juga kumpul sama cowok. Jarang banget gue ngobrol bareng dengan cewek, makanya fitnah itu timbul dikehidupan gue. Bukannya gue gak pernah ngobrol dengan cewek tapi waktunya yang sangat singkat dan jarang. Terlebih kalo gue ngobrol dengan kaum yang indah ini gak jarang gue melakukan hal dongo gue. Entah gue tiba-tiba garuk-garuk pantat terus gue ciumin baunya, tiba-tiba gue ngomong gak jelas contoh :
gue = hay, ngapain nih sendirian?
cewek = gak ngapa-ngapain gue = lah itu ngapain garuk-garuk paha?
cewek = ya lagi gatel lah! masa lagi sakit?
gue = oh.. apakah yang menyebabkan gue dateng kemari apakah bertanya apakah melakukan suatu keajaiban? ( mencoba melawak) 'tapi gagal'
cewek = .......
Sunyi..
Keadaan dongo gue ini yang menyebabkan para cewek menjauh dari kehidupan gue. Tragis sekali nasib gue. Kadang gue sedih kenapa gue jadi gini. Padahal ketika SD dulu gue itu pendiem banget. Sangking diemnya gue, sampe-sampe kelas gue dulu bau. Gue sering banget berak dicelana pas SD dulu, mungkin gara-gara diem, gue sampe gak bisa ngomong ke guru kalo gue pengen eek. Diketawain sama temen pasti, diejek pasti, apalagi dibilang bau pasti banget. Semakin gue diem dari kejadian itu. Dan karena hal itu yang buat gue juga gak pernah ngomong sama cewek ketika SD dulu.
Setiap gue disekolah, gue selalu curhat ke temen-temen cowok dikelas gue. Curhatin masalah kejombloan gue.
Temen gue yang satu ini care banget sama gue, enak banget diajak curhat. Curhatan gue gini ke dia pas dikelas gak ada guru dan lagi sepi-sepinya kelas, temen yang lain lagi main diluar kelas. Curhatannya gini :
gue = bar! (namanya barita asli orang batak) gue mau curhat nih
Barita = lanjut, curhat aja gue siap kasih kau solusi
Gue = gini loh.. kenapa ya gue itu gak pernah bener kalo lagi deket sama cewek
Barita = maksudnya gimana nih?
gue = selalu aja berbuat hal dongo dan ilfeell cewek!
Barita = alamak apa ku bilang jangan melakukan hal dongo lagi dihadapan cewek tetep stay cool lah (gue bingung kapan dia kasih saran ngomong aja belum? Kok sudah ngomong 'apa ku bilang'? dengan cirri khas logat bataknya)
gue = susah bar.. dari sifatnya gue sudah gitu..
Barita = bah! susah juga kalau gitu jadinya, gini aja kau itu harus mencontoh yang jadi 'Ace Ventura' walau dia dongo dan labil tapi dia bisa dapetin cewek jadi ada sisi seriusnya!
gue = gue pernah serius tapi kata mereka "kok serius amat sih? gak asik lo" gue murung seperti keledai yang diusir dari spesiesnya
Barita = kasian kali nasib kau!. Poin yang tepat buat kau ya harus jadi diri sendiri tapi tetep buat cewek disekeliling kau gak ilfeell sama perbuatan kau
gue = oke terima kasih Bar.. Masalah satu lagi gue itu gak percaya diri dan takut buat deket sama cewek yang gue suka gimana tu solusinya?
Barita = bah! Repot kali kau ini, makanya kau jomblo terus ya itu gara-gara itu! aduh! kau harus berubah kau harus berani. Gua tak habis pikir selain kau dongo kau pengecut (dengan aksen e-nya batak) juga! beraniin diri kau mulai hari ini oke
gue = baik bar! Horas!! gue bisa melakukannya! Terima kasih ya.
Gue meninggalkan Barita menuju keluar kelas.
Gue melihat disekeliling gue banyak yang pacaran, gue menunduk, gue liat lagi nampak mereka menikmati keromantisan dari sebuah 'percintaan' gue menunduk, gue liat lagi ada yang lagi marahan sama pacarnya, mungkin mereka lagi merasakan kerikil-
kerikil cinta dari suatu hubungan. Gue menunduk lagi, gue liat lagi dan mendapati ada juga yang lagi sendiri mungkin dia merasakan hal yang sama dengan gue.
Di pagi hari selanjutnya, seperti biasanya gue dengan sahabat-sahabat gue selalu ngobrol bareng di meja bundar yang ada dideket kantin. Seru-seruan bareng, ngomongin masalah PR, hang out dan cewek. Untuk masalah cewek ini sebenarnya mereka lebih sering ngomongin cewek yang lagi mereka sukai termasuk gue lagi suka juga sama cewek dan gue selalu gagal untuk bisa ngobrol dengannya. Boro-boro ngobrol deket aja gak pernah, gara-garanya gue gak ada rasa percaya diri kalo ngobrol sama cewek maka dari itu gue cukup sms-an sama dia itu juga nomornya gue dapet dari temennya. Lain halnya dengan sahabat-sahabat gue yang lebih percaya diri kalo ngobrol sama cewek, dan akhirnya mereka pacaran dengan cewek yang maing-masing mereka sukai. Tinggal gue yang gagal dan masih jomblo. Setiap cewek yang gue sukai termasuk cewek yang selalu gue sms tersebut, pasti sudah punya
cowok. Diakhir cerita gue nyesek. Tapi apa daya gue selalu gagal dalam ngadepin yang namanya cewek dan cinta. Kata sahabat-sahabat gue "lo pasti bisa mendapatkan pacar lo bisa gak jomblo lagi dan lagi lo bisa riz!" kata-kata itu yang selalu menjadi spirit dalam jiwa gue.
Gue merenung, gue kembali ingat kata temen gue, Dani dalam obrolan gue ketika di masjid. Katanya "jomblo itu bebas free.. gak usah mikirin pasangan kita lagi dimana dan ngapain". Emang bener katanya, gue sebagai pelajar seharusnya bebas, bebas dalam ber-explorasi gak terkekang dengan gangguan cewek disamping gue. Gak usah mikirin rasa cemburu dari pasangan kita ketika lagi deket sama cewek lain. Jomblo akut itu bukan ancaman untuk gak bakal dapet pasangan, pasti nanti dapet, gak berarti sekarang. Jomblo itu bukan ejekan lo homo tapi pembangkit rasa buat ber-explorasi dengan petualangan pria. Jomblo itu bukan sendiri, tapi hanya status. Jomblo itu bukan musibah tapi sebutan bagi cowok yang bebas dan gak terkekang.